DUNIA KEPERAWATAN
KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Seorang
perawat harus mampu menghargai klien dengan segala kekuranganya.
Apabila perawat tidak bisa memahami keunikan pasien, ia akan mengalami
kesulitan dalam memberikan bantuan pada pasien dalam mengatasi
masalahnya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode tepat dalam
mengakomodasi sifat pasien agar perawat tau dengan tepat tentang pasien
yang ditanganinya. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat menghadapi, mempersepsikan , bereaksi, dan menghargai pasien
dengan segala kekurangan dan kelebihanya.
Pengertian
Hubungan perawat – pasien tidak sekedar hubungan mutualis. Traveble (1971) menyebut hubungan ini sebagai “ a human-to-human relationship”.
Kelemahan antara perawat dan pasien akan hilang ketika masing – masing
pihak yang terlibat interaksi mencoba memahami diri masing masing.
Perawat menggunakan ketrampilan komunikasi interpersonalnya untuk
mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan tentang
klien sebagai manusia yang secara utuh. Hubungan semacam ini bersifat
terapeutik yang akan meningkatkan iklim psikologi yang kondusif dan
memfasilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri pasien.
Hubungan ini juga difokuskan pada tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan
klien.
Komunikasi dalam profesi keperawatan juga sangat penting,
sebab tanpa komunikasi keperawatan sulit untuk diaplikasikan. Dalam
proses asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku
klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G.W., dalam
Suryani,2005). Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi
dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik. Hubungan
antara klien dan perawat yang bersifat terapeutik diawali komunikasi
yang bersifat umum. Hubungan terapeutik dapat diidentifikasikan melalui
tindakan yang diambil oleh perawat dan pasien yang dimulai dengan
tindakan perawat, respon pasien ,interaksi, kedua pihak untuk mengkaji
kebutuhan pasien dan tujuanya, serta transaksi timbale balik untuk
mencapai tujuan hubungan. Jadi inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanakan untuk tujuan terapi. Ada beberapa pendapat para ahli3
tentang arti komunikasi terapeutik yaitu komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998). Sementara itu, menurut
Stuart G.W. (1998) komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien. Komunikasi terapeutik juga diartikan oleh
Hibdon S. (dalam Suryani, 2005) sebagai pendekatan konseling yang
memungkinkan klien menemukan siapa dirinya, dan ini merupakan fokus
dari komunikasi terapeutik.
Komunikasi
terapeutik juga merupakan pengalaman interaktif bersama antara perawat
dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi pasien. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dalam proses asuhan keperawatan
adalah suatu hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dimana
perawat berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun
masalahnya dengan orang lain di lingkungannya, melalui pendekatan pribadi secara professional berdasarkan keiklasan, empati, kehangatan dan rasa saling percaya diantara kedua pihak.
Sebagai
seorang professional, perawat menggunakan pendekatan pemecahan masalah
dalam memberikan asuhan keperawatan. Langkah pertama dalam pendekatan
ini adalah pengkajian yang bertujuan untuk mengumpulkan data secara
valid dan akurat sebagai dasar untuk menegakan masalah dan diagnosa.
Pada tahap ini komunikasi memegang peran penting karena mendapatkan
data subjektif dibutuhkan komunikasi yang efektif
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Peaksanaan
komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas dan
mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna
mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal yang
diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat
interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah klien. Komunikasi terapeutik juga mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif.
Komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut ini.
a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
Klien
yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri,
setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau bidan akan mampu
menerima dirinya. Diharapkan perawat atau bidan dapat merubah cara
pandang klien tentang dirinya dan masa depannya sehingga klien dapat
menghargai dan menerima diri apa adanya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Klien
belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling
percaya (Hibdon S., dalam Suryani, 2005)
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Sebagian
klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Tugas perawat dengan kondisi seperti itu adalah
membimbing klien dalam membuat tujuan ayng realistis serta menignkatkan
kemampuan klien memenuhi kemampuan dirinya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.
Identitas
personal yang dimaksud adalah status, peran, dan jenis kelamin klien.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.
Perawat
yang terampil tidak akan mendominasi interaksi sosial, melainkan akan
berusaha menjaga kehangatan suasana komunikasi agar tercapai rasa
saling percaya dan menumbuhkan rasa nyaman pada pasien. Dengan demikian
proses interaksi dapat berjalan dengan baik.
Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal yang mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu
keiklasan ( genuineness)
dalam
rangka membantu klien, perawat perawat harus menyadari tentang nilai,
sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Apa yang
perawat pikirkan dan rasakan tentang individu dan
dengan siapa dia berinteraksi selalu dikomunikasikan kepada individu
baik secara verbal maupun non verbal. Perawat yang mampu menunjukan
rasa iklasnya mempunyai kesadaran tentang sikap yang dipunyai terhadap
pasien sehingga bisa belajar untuk mengkomunikasikannya dengan tepat.
Klien tidak akan menolak segala bentuk persaan negatif yang dipunyai
klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien. Hasilnya
perawat akan mampu mengeluarkan perasaan yang dimiliki dengan cara yang
tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien.
Empati (emphathy)
Empati
merupakan perasaan “ pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap
perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi
klien”. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, dan tidak
dibuat buat( objektif) didasarkan apa yang dialami orang lain. Empati
berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecendrungan berpikir atau
merasakan apa yang sedang atau dirasakan oleh pasien. Karenanya,
simpati lebih bersifat subjektif dengan melihat “dunia orang lain”
untuk mencegah perspektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada
tentang isu-isu yang sedang dialami seseorang.
Kehangatan (warmth)
Hubungan
yang saling percaya ( helping relationship) dibuat untuk memberikan
kesempatan klien mengeluarkan “unek-unek” (perasaan dan nilai-nilai)
secara bebas. Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk
mengekspresikan ide ide dan menuangkanya dalam bentuk perbuatan tanpa
rasa takut dimaki atau dikofrontasi. Suasana yang hangat, permisif, dan
tanpa danya ancaman menunjukan adanya rasa menerima perawat terhadap
pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaanya secara lebih
mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan untuk
mengetauhi kebutuhan klien. Kehangatan juga bisa dikomunikasikan secara
nonverbal. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan
tangan yang halus menunjukan rasa belas kasihan atau kasih sayang
perawat pada pasienya.
Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik
Perbedaan antara komunikasi sosial dengan komunikasi terapeutik dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.
1. Perawat mengenal dengan baik pribadi pasien serta memahami dirinya dengan nilai yang dianutnya
2. Komunikasi ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3. Perawat mampu memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5. Perawat
mampu menciptakan suasana yang dapat memmotivasi pasien untuk mengubah
sikap dan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
6. Perawat harus mampu menguasai perasanya secara bertahap untuk mengetauhi dan mengatasi perasaan sedih, marah dan frustasi.
7. Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan mapu mempertahankan konsistensi
8. Memehami dengan baik arti simpati sebagai sifat tindakan terapeutik dan yang bukan terapeutik
9. Kejujuran dan keterbukaan komunikasi merupakan dasar hubungan terapeutik
10. Mampu
memerankan model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan sehingga perawat perlu mempertahankan suatu kondisi
sehat secara fisik, mental sosial, spiritual dan gaya hidup.
11. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan bagi pasien untuk berkembang tanpa rasa takut.
12. Perawat merasa puas dapat menolong orang lain secara manusiawi
13. Memperhatikan etika dengan cara berusaha sekuat daya setiap mengambil keputusan didasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
Prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau
mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalam interaksi.
b. Mengkaji kualitas intelekstual untuk menentukan pemahaman.
c. Mempergunakan sikap membuka diri hanya tujuan terapeutik.
d. Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.
e. Menghindari hubungan sosial dengan klien.
f. Harus betul-betul menjaga kerahasiaan klien.
g. Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori.
h. Mengobservasi respons verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subyek atau topik jika perubahan isi topik bukan sesuatu yang sangat menarik bagi klien.
i. Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasihat klien.
j. Berikan petunjuk klien untuk menginterprestasi pengalamannya atau rasional.
Taknik Komunikasi Terapeutik
Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif (Stuart dan Sundeen, 1998), yaitu
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.
Komunikasi
terapeutik akan menjadi efektif hanya melalui pengguanaan dan latihan
yang sering. Artinya dengan melatih diri dengan menggunakan komunikasi
yang bersifat terapeutik akan meningkatkan kepekaan diri diri kita akan
perasaan orang lain, khususnya klien. Selain itu dalam komunikasi
terapeutik, diri kita akan terlatih mengerti akan keinginan yang
dibutuhkan klien.
Setiap kilen memiliki karakter yang berbeda,
tidak ada klien yang sama. Oleh karena itu, diperlukan teknik yang
berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan klien. Teknik komunikasi
berikut ini, yang dikutip dari artikel Purba, J.M. (2008) terdiri atas
beberapa komponen berikut ini.
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam
hal ini perawat berusaha memahami klien dengan cara mendengarkan
masalah yang disampaikan klien. Satu- satunya orang yang dapat
menceritakan perasaan, pikiran, dan persepsi klien terhadap perwat
adalah klien itu sendiri. Mendengarkan
klien menyampaikan pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Perawat yang
mendengarkann dengan penuh perhatian merupakan salah satu upaya agar
dapat mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
disampaikan klien.
Menunjukkan Penerimaan
Arti
menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan dengan tingkah
laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Perlu
diketahui bahwa menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan dan
ketidaksetujuan. Sebagai seorang perawat kita tidak harus menerima
semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menandakan tidak percaya.
Tuju cara memfasilitasi agar memperoleh “penerimaan” ( Bolton Cit.R,1999)
1. Tidak seorangpun dapat menerima secara sempurna
2. Beberapa orang cendrung diterima dari pada orang lain
3. Tingkah penerimaan seseorang terus menerus berganti
4. Adalah ssuatu yang alami mempunyai sesuatu yang difavoritkan
5. Setiap orang dapat lebih menerima
6. Penerimaan yang hanya pura pura merupakan suatu hal yang berbahaya untuk hubungan interpersonal
7. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.
d. Menghindari
perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata,”Ya”
atau, “Saya mengikuti apa yang Anda ucapkan”.
Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya dan mengembangkan empati ( Boyt & Nirhat, 1998)
Misalnya:
Klien : “Saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Ners : “ Saya ingin mendengar itu, tidak apa jika anda ingin mendiskusikan hal itu dengan saya”
Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan
Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan
topikk yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial
budaya klien. Pertanyaan hendaknya disampaikan secara berurutan selama
pengkajian.
Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan kata-Kata Sendiri
Dengan
mengulang kembali ucapan klien berarti perawat membarikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut. Namun, perawat harus berhati-hati ketika
menggunakan teknih ini, sebab pengertian bisa rancu jika pengulangan
ucapan mempunyai arti yang berbeda. Sebagai contoh, seorang klien
mengatakan, “ Saya tidak dapat tidur, semalam saya terjaga”, lalu
perawat menjawab, “Anda mengalami kesulitan untuk tidur tadi malam...”.
Memberi Kesempatan kepada Klien memulai Pembicaraan
Perawat
sebaiknya memberikan kesempatan kepada klienuntuk berinisiatif dan
mmemilih temapembicaraan. Klien yang merasa ragu tentang perannya dalam
berinteraksi dapat diberikan stimulus untuk mengambil inisiatif,
sehingga klien tersebut merasa bahwa ia diharapkan dapat membuka
pembicaraan. Misalnya “Adakah sesuatu yang ingin Anda sampaikan?” atau
“Apakah yang sedang Anda pikirkan?”.
Diam
Diam
memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan
pikiran masing-masing. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri dalam memproses informasi yang ada. Penggunaan
teknik diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu, karena jika
tidak demikian maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam berguna
pada saat klien harus mengambil keputusan.
Arti diam ( Miyers & Miyers Cit.R,1999)
· Saat seseorang marah dan frustasi tetapi menolak mengungkapkanya
· Saat seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian untuk sesuatu yang penting
· Saat seorang bosan
· Saat seseorang tidak dapat berpikir apa yang akan dikatakanya
· Saat seseorang berpikir tentang hal yang penbicara katakana
· Saat seseorang tidak memahami yang dikatakan pembicra
· Saat seorang melihat pandangan yang indah sehingga membuat seseorang tidak bicara.
Diam
digunakan saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu cara
melakukanya/menyampaikan hal tersebut ( Boyd & Nihart,1998)
Msalnya:
Klien : “ Saya marah”
Ners : (Diam)
Klien : “orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya”
Klarifikasi
Jika
terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan pembicaraan
sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman, karena
keakuratan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan. Perawat perlu membarikan contoh yang konkret agar pesan
mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.
Contoh:
Klien : “Saya kurang yakin apakah bisa mengikuti apa yang Anda sampaikan.”
Perawat : “Apa yang Anda katakan tadi adalah.....”
Memfokuskan
Teknik
ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat seharusnya tidak memutus pembicaraan
klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika
pemnicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Misalnya, “Hal ini
sangat penting, nanti kita bicarakan lebih lanjut.”
Menyampaikan hasil observasi
Perawat
perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan
baik dan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan melalui
syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
Contoh:
“ Anda kelihatan tegang...”
“ Apakah Anda merasa cemas apabila Anda...”
Menawarkan Infornasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan
sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa
percaya klien terhadap perawat. Jika ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, seorang perawat hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat
dalam memberikan informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan
nasihat melainkan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan
Meringkas
Meriingkas
adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Teknik ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu
perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya. Sehingga dapat
melanjutkan pembicaraan dengan topik lain yang berkaitan. Misalnya,
“Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya telah membicarakan tentang...”
Memberikan Penghargaan
Memberikan
penghargaan terhadap klien dapat dilakukan dengan cara seperti
menyambutnya dengan salam dan menyebutkan namanya. Dengan melakukan hal
tersebut perawata dapan menunjukkan kesadarannya tentang perubahan yang
terjadi selain itu juga dapat menunjukkan bahwa perawat menghargai
klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggungjawab
atas dirinya sendiri sebagai individu. Namu penghargaan tersebut jangan
sampai menjadi beban baginya,dengan kata lain penghargaan tersebut
jangan sampai membuat klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Misalnya”
Selamat siang, Bapak Jaya”, “Assalamualaikum” atau “Selamat datang Ibu,
Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.”
Dengan
agama islam, memberi salam dan penghargaan merupakan aklak terpuji,
dengan begitu berarti orang tersebut telah mendoakan orang lain agar
memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat
peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah.
Menawarkan Diri
Klien
mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
Sering kali perawat hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya
tenpa mempertimbangkan kondisi klien. Sesungguhnya teknik komunikasi
ini harus dilakukan dengan tulus ikhas. Misalnya, “Saya mengharapkan
Anda merasa tenang dan nyaman.”
Mempersilakan Untuk Meneruskan Pembicaraan
Teknik
ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang
dibicarakan dan selanjutnya respek dengan apa yang akan dibicarakan.
Sikap perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan
pembicaraan. Misalnya, “...lanjutkan...!”, “... dan terus...?”, atau
“Ceritakan kepaa saya...”.
Menganjurkan Klien untuk Menjelaskan Persepsinya
Jika
perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka perawat tersebut harus
melihat klien dengan sesungguhnya dari segala perspektif. Klien harus
merasa bebas untuk menguraikan atau menjelaskan persepsinya tentang
sesuatukepada perawat. Perawat harus mewaspadai adanya ansietas saat
klien menceritakan pengalamannya. Misalnya, “Ceritakan kepada saya
bagaimana perasaan Anda ketika akan dilakukan pemasangan infus”, “Atau
apa yang sedang Anda lihat.”
Refleksi
Refleksi
adalah suatu teknik yang menganjurkan klien untukmengemukakan dan
menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Jika klien bertanya apa yang harus ia pikirkan atau kerjakan dan apa
yang harus ia rasakan, maka perawat dapat menjawab,”bagaimana menurut
Anda?” atau “Bagaimana perasaan Anda”. Kemudian perawat mengindikasikan
bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak melakukan
hal tersebut, selanjutnya klien pun akan berfikir bahwa dirinya adalah
individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain
yang mempunyai kapasitas dan kemampuan. Misalnya,”Apakah menurut Anda,
saya harus menyampaikannya kepada dokter?” atau “Apakah menurut Anda,
Anda yang harus menyampaikannya?”.
Komunikasi Terapeutik Merupakan Tanggungjawab Moral Bagi Perawat
Perawat
atau bidan harus memiliki tanggungjawab moral yang tertinggi didasari
atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu
orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pasquali dan Arnold
serta Watson (dalam situs Purba, J.M., 2008) menyatakan bahwa “human care”
terdiri atas upaya-upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga
atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam
mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya dibutuhkan
dalam membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri. “ Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah
untuk menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga
akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.
Dimensi respons
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat terdiri atas empat hal ( Nurjanah !., 2001) yaitu sebagai berikut.
Kesejatian
Kesejatian
adalah pengiriman pesan kepada orang lain tentang gambaran diri kita
yang sebenarnya ( Smith dalam Prayetno, 1999). Kesejatian dapat
ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara verbal dan non-verbal
(kongruen). Lawan dari kongruen yaitu adanya ketidaksamaan antara
bentuk verbal dan nonverbal. Kesejatian tersebut dipengaruhi oleh
kepercayaan diri, persepsi terhadap orang lain, dan lingkungan.
Empati
Empati
adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta
memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan
seseorang bereaksi terhadp suatu hal tanpa emosi kita terlarut dalam
emosi orang lain ( Smith dalam Prayitno, 1999 ).
Respon
empati harus mengandung unsur-unsur seperti keakuratan (ketepatan
pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien). Kejelasan
(ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan
apa yang dirasakan oleh orang tersebut), kealamiahan (menggunakan
kata-kata sendiri), kehangatan (kehangatan dalam aspek verbal dan
nonverbal), kesejatian (kesamaan antara respon verbal dan nonverbal
serta ketertarikan dan perhatian diperlukan dalam menunjukkan empati.)
Respek atau Hormat
Respek
menurut Egan cit. Susan Smith 9dalam Prayitno, 1999) adalah kesediaan
untuk bekerja dengan klien, menunjukkan sikap setia sedia, ketertarikan
pada masalah klien, memahami keunikan, dan melakukan pendekatan untuk
penyelesaian masalah. Perilaku respek menurut Smith (1992) ditunjukkan
dengan melihat kearah klien, memberikan perhatian yang tidak tebagi,
memelihara kontak mata, senyum pada saat yang tepat, bergerak kearah
klien, memahami keunikan, dan melakukan jabat tangan atau memnerikan
sentuhan yang lembut.
Konkret
Perawat
menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
berdiskusi dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah
lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah dapat mempertahankan respon
perawat terhadap perasaan klien dan dapat memberikan penjelasan akurat
tentang suatu masalah sehingga dapat mendorong klien memikirkan masalah
yang spesifik ( Stuart dan Sundeen, 1998).
Dimensi tindakan
Dimensi
tindakan menurut Stuart dan Sundeen (dalam Purba, J.M., 2008) memiliki
komponen-komponen yaitu, konfrontasi, kesegeraan, pengungkapan diri
perawat, katarsis emosional, dan bermain peran. Dimensi ini harus
diaplikasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang
dibentuk oleh dimenasi responsif. Dimensi-dimensi tersebut akan
dijelaskan melalui uraian sebagai berikut ini.
Konfrontasi
Konfrontasi
adalah ekspresi perawat terhadap klien yang berbeda dan hal ini
bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dalam
Purba, J.M., 2008) mengindentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu
sebagai berikut.
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya ) dan ideal diri ( cita-cita klien ).
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non-verbal dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Konfrontasi
seharusnya atau sebaiknya dilakukan secara aserti bukan agresif,
sehingga sebelum perawat melakukan konfrontasi, perawat dapat mengkaji
hubungan saling percaya dengan klien, tingkat kecemasan dan kekuatan
klien, mekanisme koping klien serta waktu yang tepat. Konfrontasi
sangat berguna bagi klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi
perilakunya masih belum menunjukkan adalah perubaha
Keterbukaan
Keterbukaan
dapat dilakukan ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide,
nilai, perasaan, dan sikapnya sendiri. Hal iniberguna untuk
memfasilitasi kerjasama, proses belajar, dan katarsis atau dukungannn
klien. Stuart dan Sundeen (dalam Purba, J.M., 2008) menyatakan bahea
peningkatan keterbukaan antara perawat dengan klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien. Pernyataan ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson.
Kesegeraan
Kesegeraan
ini terjadi apabila hubungan perawat-klien difokuskan dan digunakan
untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.
Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk
membantu dengan segera atau secepatnya.
Bermain Peran
Bermain
peran dapat dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu guna
meningkatkan penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal dan
memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain.
Sehingga itu juga memberi kesempatan klien untuk mencoba situasi yang
baru dalam lingkungan yang sama.
Katarsis Emosional
Perawat
harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya dengan tujuan mendapatkan efek terapeutik. Dengan
demikian perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk
mendiskusikan masalahnya. Apabila klien mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaannya, seyogyanya perawat dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaanya kedalam situasi klien tersebut.
Kemampuan
perawat dalam menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan
latihan, kepekaan, dan ketajaman perasaan sebab keberhasilan komunikasi
tidak dipengaruhi oleh kemampuan seseorang melainkan oleh dimensi
nilai, waktu, dan ruang. Hal ini dapat dilihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan kepuasan bagi perawat itu sendiri
Strategi Komunikasi Terapeutik
Pemberian
asuhan keperawatan khususnya yang berada dipelayanan kesehatan sangat
diperlukan adanya strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilaksanakan setiap hari. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategib komunikasi terapeutik. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh perawat
Komunikasi perawat – klien
1. Orientasi
· Salam terapeutik : member salam dan memanggil klien sesuai dengan namanya
Missal : Selamat pagi, ibu Irma
· Evaluasi : mengevaluasi keadaan dan kemampuan yang telah dimiliki klien atau menanyakan kembali topik yang diinginkan klien
Misalnya :
- Apakah ibu sudah mencoba untuk berjalan tanpa alat bantu
- Ibu hari ini terlihat sudah ada kemajuan
- Apakah ibu sudah tau tentang cara memandikan bayi yang benar ?
· Kontrak : mengingatkan perjanjian yang telah dibuat pada perjanjian yang lalu baik topic, waktu, maupun tempat.
Misalnya :
- Ibu masih ingat apa yang akan kita bahas ( topik )
- Bu sekarang saya akan menganti infus ibu ( topic)
- Ibu kita akan membicarakan tentang cara merawat tali pusat kurang lebih 20 menit ( waktu )
- Bapak kita akan mengikuti latihan senam di taman (tempat)
· Tujuan
Menambah pengetauhan klien
2. Kerja ( working )
Semua
kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai standar prosedur oprsional (SOP) atau prosedur teknis, berikan penjelasan tentang isi topik atau materi yang ingin disampaikan kepada klien
a. Alat-alat yang dibutuhkan
b. Langkah-langkah
3. Terminasi
· Evaluasi : menilai kemampuan atau keadaan klien setelah tindakan fase kerja.
1. Menanyakann kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau belum.
Ex : ibu sudah mengerti tentang perawatan tali pusat yang baru saja kita bahas bersama?
2. Meminta klien mengulang kembali materi yang telah disampaikan dan dijelaskan.
Ex: Coba ibu ulang kembali cara melakukan batuk efektif.
3. Selanjutnya memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya.
Dari topik yang kita bahas apakah masih ada yang ibu belum mengerti?
· Tindak lanjut : kegiatan yang perlu klien lakukan setelah tindakan yang diberikan.
Missalnya:
- Coba ibu latih lagi untuk lakukan batuk efektif jika ibu ingin mengeluarkan dahak.
- Nanti bapak coba lagi untuk melakukan teknik relaksasi untuk istirahat nati malam.
· Kontrak yang akan dating : menyepakati dengan klien kegiatan berikutnya tentang topic, waktu dan tempat.
Misalnya;
- Bagaimana kalau setelah makan siang nanti kita bicarakan tentan cara perawatan ibu dirumah
- Setelah pulang, ibu jangan lupa kontrol dua minggu lagi di poli klinik pukul 08 00 – 13 00 WITA
Tahapan strategi komunikasi keperawatan secara sigkat
Contoh :
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi klien…………………………………………………………...
2.Diagnosis perawatan…………………………………………………...
3.Tindakan keperawatan…………………………………………………
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
· ORIENTASI………………………………………………………………..
§ Salam terapeutik………………………………………………………..
§ Evaluasi / validasi………………………………………………………
§ Kontrak :
o Topik……………………………………………………………….
o Waktu………………………………………………………………
o Tempat……………………………………………………………..
· KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)
1. ………………………………………………………………………….
2. ………………………………………………………………………….
· TERMINASI
a. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
ü Evaluasi subjektif…………………………………………………..
ü Evaluasi objektif……………………………………………………
b. Tindak
lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan) : ………………………........................
c. Kontrak yang akan datang
· Topik……………………………………………………………….
· Waktu………………………………………………………………
· Tempat……………………………………………………………...
Contoh Analisis Kasus
Situasi
Seorang
ibu bernama Neni, 25 tahun, post-partum (anak pertama) ingin mengetahui
tentang perawatan tali pusat pada bayi, dimana ners Irma sebelumnya
sudah melakukan interaksi dan menjalin hubungan saling percaya dengan
ibu Neni. Dalam hal ini yang digunakan adalah teknik komunikasi
wawancara (tanya jawab).
Fase Orientasi
1. Ners Irma : “Assalaualaikum Bu.../ selamat pagi bu” (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan).
Bu Neni : “walaikumsalam, pagi juga ners Irma,” (sambil tersenyum dan menjabat tangan).
2. Ners
Irma: “Bagaimana perasan Ibu Neni sekarang, adakah sesuatu yang ingin
disampaikan Ibu Neni ketika menemani si kecil selama kita tidak
bertemu, coba Ibu sampaikan?” (sambil memegang bahui kanan Ibu Neni).
Bu Neni : “Alhamdulillah, saya sanga senang Ners, setelah lahirnya sibuah hati yang kami tunggu-tunggu. Oh, ya Ners ... saya masih kurang jelas mengenai perawatan tali pusat, saya agak khawatir jangan-jangan nanti terjadi infeksi?”.
3. Ners
Irma : “O...ya, Ibu sesuai dengan perjanjian kita kemarin,hari ini saya
akan jelaskan apa saja yang belum Ibu pahami dan saya juga akan
jelaskan semua hal yang ingin Ibu tanyakan, yaitu tentang perawatan
tali pusat yan gbenar, begitukah bu?”
Bu Neni: “ Ya Ners, saya masih bingung!”
4. Ners
Irma : “Baiklah, saya akan coba menjelaskan tentang perawatan tali
pusat pada bayi, tetapi tolong Ibu perhatikan betul! Sekarang apakah
Ibu sudah siap untuk mendengarkannya?”
Bu Neni : “ya ners, saya siap”
Fase Kerja
1. Ners
Irma :”Baiklah Bu, perawatan tali pusat pada bayi sangatlah penting
kita ketahui dan kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi
tetanus.”
Bu Neni :”Infeksi tetanus pada bayi bisa terjadi..., ya Ners?”
2. Ners
Irma :” Benar Bu Neni, tetanus bisa berakibat kematian pada bayi. Jadi,
perawatan tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah kita
memandikan bayi kita dan kita harus benar-benar menjaga kebersihannya”.
Bu Neni :”Berarti ners, setelah kita memandikan bayi kita, kita juga malkukan perawatan tali pusat”.
3. Ners
Irma :”Ya, sangat benar sekali Bu Neni, sebelum kita melaksanakannya,
kita terlebih dahulu mempersiapkan alat-alatnya”. (Sambil
memmpraktikkannya).
Bu Neni :”Apa saja persiapan alatnya Ners?”
4. Ners
Irma :”Kita harus menyiapkan alat-alat yang akan dipakai seperti kapas
lidi, trypleday, kassa steril semuanya diletakkan pada tempatnya
masing-masing lalu disusun pada baki.” (sambil memegang dan menunjukkan
alat tersebut)
Bu Neni :”Terus caranya bagaimana ners...?” (Klien menganggukkan kepala).
5. Ners Irma :” Pertama-tama setelah bayi selesai
dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu diolesi trypleday kemudian kita
mulai membersihkannya dari sekeliling pangkal tali pusat sampai bagian
ujung. Sampai disini ada yang mau ditanyakan Bu Neni?” Bu Neni :”O...ya
ners, apakah kapas lidi tersebut tidak boleh kita bolak-balik?”
6. Ners
Irma :”Benar sekali Bu Neni, jadi setiap kita membersihkan bagian tali
pusat, kita tukar dengan yang baru lagi dan jangan lupa juga Bu,
sebelum kita melakukannya tangan ibu harus bersih atau cuci tangan
sebelum melakukan tindakan tersebut. Pokoknya kebersihan herus dijaga
sebaik-baiknya.”
Bu Neni :”Selanjutnya bagaimana ners...?”
7. Ners Irma :”Oh...ya, maaf Bu..., tadi pembicaran kita sampai dimana?”
Bu Neni :”Sampai...membersihkan tali pusat sampai bagian ujung.”
8. Ners Irma :”Kemudian dilanjutkan dengan membungkus tali pusat, bagaimaan Bu Neni, tidak sulit bukan?”
Bu Neni :”Sepertinya saya bisa, ya... saya bisa melakukannya, ners.”
Fase Terminal
1. Ners Irma :”Bagaimana Bu Neni, apakah sudah mengerti dengan penjelasan tadi?” Bu Neni :”Sudah, Ners.”
2. Ners Irma :”Apakah Bu Neni bisa mengulang kembali apa yang telah saya jelaskan?”
Bu
Neni :”Insya Allah bisa Bu. Saya akan mencoba Ners, pertama-tama
setelah bayi selesai dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu kita olesi
tryplady setelah itu kita mulai membersihkan tali pusat dari pangkal
dan sekelilingnya sampai keujung, kemudian kita bungkus dengan kain
kassa steril yang kering. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita
pasangkan. Bagaimana Ners?”
3. Ners
Irma :”Bagus Bu Neni, sepertinya Ibu telah mengerti dengan apa yang
telah saya sampaikan, apakah masih ada yang ingin Ibu tanyakan?”
Bu Neni :” Tidak ners, saya pikir sudah cukup!”
4. Ners Irma :”Oke...”(tersenyum).
Bu Neni :”Saya sangat berterima kasih karena Ners telah meluangkan waktu untuk saya.”
5. Ners Irma :”Sama-sama Bu Neni, itu semua sudah kewajiban saya.”
Bu Neni :”Terus saya ingin mengetahui bagaimana cara menyusui yang baik dan benar.”
6. Ners Irma : (tersenyum)”...baiklah
Bu Neni. Insya Allah, saya akan datang lagi kesini besok untuk
menjelaskan bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. Ibu mau saya
datang jam berapa?”
Bu Neni :”Sama seperti hari ini saja, ners.”
7. Ners Irma :”Baik Bu sampai ketemu besok, ya!”
Bu Neni :”Ya, ners.”
8. Ners Irma :” Kalau begitusaya permisi dulu ya Bu Neni. Selamat siang..., Assalamualaikum!” (tersenyum).
Bu Neni :”Siang ners...walaikumsalam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar